Senin, 30 September 2013

Waktunya Bersyukur

Hari kamis , tepatnya tanggal 26 September 2013 adalah kali kedua gue ikut acara yang bernama Social Act FEUI. Sebagai pengenalan, Social Act itu acara buat mahasiswa baru FEUI. Acaranya itu berupa kegiatan sosial yang dilakukan secara massal untuk membangun sebuah desa. Nah tahun ini nama desanya itu agak lucu , dan kalo salah spelling artinya bisa beda jauh Sadengkolot. Sebenarnya kalo dibandingin SosAct jaman gue dulu (yaelah dulu, padahal baru dua tahun lalu) , jarak dari jalan raya gak sejauh itu sih. Sebenernya nih ya, kalo maba nya kacau-kacau kabur pake jalan kaki dengan dalih jajan juga bisa. Tapi semoga gak ada yang (ketauan) kabur deh.

Nah gue kesini punya tujuan loh, bukan modus, bukan mau liburan, tapi yang utama adalah nemenin sebuah kelompok kecil yang diisi berbagai jenis makhluk yang bernama "31 Kemenpar". Ya mereka adalah mentee-mentee gue yang secara takdir dipertemukan seperti anak yang hilang bertahun-tahun. Ada si Alvin sebagai ketua kelompok yang kerjanya galau mulu, Aryo si Mantan ABRI (karena dia dulunya anak TarNus), Cupi (nama aslinya Yusuf tapi bosen ah panggil dengan nama yang bener, terus suka ngulang-ngulang omongan orang) , Wahyu si bocah Soleh dari madiun dan salah satu bocah termuda FE (anak 97 bro) , Reza si Parfum (dikit dikit nyemprot Bvlgari) , Yogie anak HI Unpad yang hijrah ke FE (masa masih galau juga sih Yog) ,  Sarbul yang selalu terlihat dandan, Lia si nona yang sangat terorganisir, Nadiyah yang katanya personel IEI48 , Viera yang di kantongnya selalu ada lipstick (gue gak tau dalam sehari anak ini berapa kali lipstick-an) , Nadia yang ditangannya selalu ada gadget, Puji si cewek paling kocak dan tidak tahu malu, Rosita si cewek Bandung , dan Luthfia si bocah madiun (cie sama kayak wahyu). Ya merekalah yang 4 bulan terakhir ini mengisi hidup gue yang biasanya fluktuatif menjadi semakin fluktuatif. Nah di Desa Sadengkolot ini, gue ditakdirkan serumah dengan mentee gue yang bernama Aryo, Wahyu, Reza, dan Yogie. Maka dari itu ya lebih kurangnya gue tahu kebiasaan mereka hahaha.

Hari Jumat, masalahpun dimulai. Mau tau apa masalahnya? Ya masalah gue adalah "nature call" atau panggilan alam. Mulai deh kegusaran gue memuncak karena tanpa alarm pun gue bisa bangun subuh karena mules. Gue masih inget ketika sebelumnya gue sempet ikut simulasi SosAct, hal ini juga terjadi. Saat gue bangun dan nanya ke hostfam gue yang bernama Bu Een "Bu saya mules, WC nya dimana ya?" dan Ibu itu pun menjawab "sini saya anter". Yes akhirnya bisa melampiaskan ke-mulesan ini, tetapi kesenangan gue berakhir ketika firasat buruk pun terjadi. Yap saya sampai di sebuah empang dengan jambannya.... Terdiam.... dan tak tau arah jalan pulang... Lalu gue berkilah dengan izin sebentar (padahal gue lari secepatnya nyari WC). Akhirnya tanpa punya rasa malu saya ketemu warga yang nampaknya punya WC Indoor , dan minta izin . Syukurlah ada juga. Tapi ujian belum selesai, air adalah barang mewah di desa ini. Sepertinya paradoks air berlian gak berlaku disini, karena serius deh lu butuh air bukan berlian (PE nya ngapal jadi asal ngomong). Yap lengan pun sudah siap dan mulai... timba timba timba, timba terus sampe bak nya penuh. Kira kira untuk menuhin satu bak mandi butuh 20x nimba, aduh kalo kelamaan disitu jadi nih lengan. Status masalah ini : selesai.

Lanjut ke bagian kedua yaitu bikin jalan. Kita bareng sama kelompok 30 benerin jalan yang rusak. Sebenernya dibandingin tempat tinggal gue pas masih jadi "kontraktor" (kontrak-kontrak buat beli motor) gak jauh beda sih. Gak ada aspalnya, cuma tanah aja. Tapi emang sempit-sempit jalannya, terus kalo ujan dikit ya licin. Nah kebetulan tugas kelompok 31 dan 30 benerin jalan, ya benerin. Lumayan sih daripada jaman gue dulu, kalo dulu gue dapet bagian benerin MCK, tapi bukan benerin tapi malah nyusahin tukangnya. Kalo tahun ini gue rasa sih lebih konkret karena emang mereka dapet bantuan yang minim dari tukangnya, tapi ya gitu deh hasilnya tau deh tahan berapa lama tuh jalan. Tapi yang gue apresiasi sih semangat mahasiswa baru ini tinggi sih, bahkan yang cewek juga ikut ngangkut-ngangkut semen , kalo bahasanya si Cupi "sedaaaaap".
Malam pun tiba, setiap makhluk mulai menunjukkan kebiasaannya. Ada yang langsung tewas tanpa menghiraukan tugas-tugas MPKT-A nya, ada yang main kartu, ada yang galau terus, dll. Tapi ya itu perbedaan yang mewarnai hidup kita selama ini, bukan uniformitas.

Keesokan harinya kelompok yang kemarin dapat kerjaan fisik gantian ngerjain kerjaan non fisik, dan 31 Kemenpar kebagian susu Jagung. Sejujurnya kegiatan kayak gini gak perlu dilakuin dengan banyak orang. Berlima juga kelar , ya wajar sih kalo banyak yang gabut, apalagi yang gak antusias ikut SosAct.  Dan jujur, rasa susu jagungnya itu lebih mirip jus jagung di saring hahaha. Lanjut ke proses penyuluhan, dari beberapa rumah yang kita datengin buat jelasin soal susu jagung, kebanyakan gak mau nerima susunya mungkin karena gak biasa atau gak enak kali. Yasudahlah masa maksa-maksa , ngasih kok maksa.

Hal yang rutin gue dan pasangan gue (pasangan mentor) si Muti (nama lengkapnya : Mutiara Hikmah) lakukan adalah evaluasi harian. Nah disini nih poin yang penuh banget arti. Ada salah satu mentor yang menjelaskan bahwa terjadi serangan demotivasi massal terhadap mentee-mentee nya. Kalo denger kata demot itu gak tau kenapa gue jadi kebawa-bawa. Ternyata penyebabnya sangat beralasan. Jadi gini, ada kelompok lain yang kebagian benerin jalan tapi asal kalian tau jalan itu cuma jalan menuju ke rumah RT yang artinya itu jalan sengaja dipesen ke panitia sama si RT Kampret untuk kepentingan pribadinya. Gila ya di desa kaya gini masih ada aja orang tamak bin rakus. Udah gitu ketua RT nya lagi. Bahkan warganya pun jadi iri kenapa harus jalan ke rumah dia yg dibenerin. Emang kayaknya virus-virus rakus itu gak kenal tempat dan waktu ya. Dan yang lebih parahnya lagi, di RT yang sama MCK yang dibenerin juga punya dia. Banyak-banyak istighfar deh liat kejadian ini. Mungkin hidupnya dia itu pake cheat game DoTA kali ya yang "greed is good".

Hari terakhir pun tiba, saatnya kami semua pulang. Sebenernya berat sih ninggalin suatu hal yang belum selesai gitu aja. Tapi ya hidup ini harus berlanjut, kita punya tugas masing-masing dan peran gue saat ini masih Mahasiswa. Gue harus terus belajar dan jadi orang yang bisa berdampak baik untuk semua orang yang ada di sekitar gue.  Empat hari ini membuat gue lebih banyak bersyukur sama apa yang gue punya, karena menurut gue semua yang ada sekarang udah jauh dari cukup. Mungkin selama ini hal yang membuat gue selalu merasa gak puas adalah posisi pandangan gue yang terlalu sering menengadah keatas bukannya melihat kebawah. Ya terima kasih SosAct FEUI, Mutiara Hikmah yang jadi partner dari awal sampe selesai (gue bersyukur dapet partner yang punya komitmen kaya lo, karena gue banyak melihat temen gue yang jadi single parent di kelompoknya), 31 Kemenpar yang mewarnai hidup gue belakangan ini. Harapan gue gak banyak sih buat mentee-mentee gue
1. Gak ada yang DO karena masalah akademis
2. Semua bisa berprestadi dan jadi apa yang mereka mau
3. Mereka tetep jadi Kemenpar yang gue kenal

Ya sekian cerita kali ini, semoga ada gunanya buat yang baca

Jumat, 07 Juni 2013

Berlarilah Seakan Garis Finish Sudah di Depan Mata


Halo selamat pagi dunia dan semesta akhirnya setelah sekian lama memiliki rencana untuk blogging akhirnya hal ini terealisasi juga. "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tak menulis, Ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah" - sebuah kutipan dari Pramoedya Ananta Toer, Rumah Kaca. Mungkin ini adalah salah satu motivasi saya mengapa saya mulai melakukan blogging. Suatu ketika disebuah acara disebuah organisasi di kampus saya yang bernama "Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia" terjadi sebuah kejadian yang cukup unik. Saya tidak begitu mengingat awal kejadiannya tetapi ketika seorang senior yang pemikirannya cukup filosofis menimpali perkataan yang seorang lain. Perkataannya sedikit meledek seorang teman ketika ia diketahui memiliki sebuah buku harian atau yang biasa kita sebut diary. Lalu senior saya mengatakan "Tenang, jangan malu karena punya buku harian, karena  ketika seseorang telah menjadi orang yang sukses, besar, dan memiliki pengaruh hal yang paling pertama dicari khalayak adalah catatan hidupnya". Super sekali perkataan dari senior saya ini dan menurut saya hal yang benar. Jadi jangan pernah ragu untuk mengekspresikan pemikiran kita dimanapun itu, facebook, twitter, blog, maupun tumblr selama tetap memperhatikan kebebasan orang lain juga. 

Judul postingan saya yang pertama ini terinspirasi ketika memutuskan untuk memulai kebiasaan baru saya yaitu olahraga lari. Saya baru memulai rutinitas ini beberapa bulan dan awalnya saya bingung mengapa ada orang yang memiliki hobi berlari. Lama-kelamaan hal itu mulai saya mengerti karena sebenarnya dibalik olahraga ini banyak sekali manfaat serta nilai-nilai kehidupan yang seringkali kita lupakan. Hasil penelitian yang saya kutip dari majalah Lifemojo, membuktikan bahwa dari tiga olahraga triathlon (Lari, renang, dan bersepeda) olahraga lari adalah olahraga yang paling banyak membakar kalori dalam satuan jam jadi jangan ragu bagi kalian yang ingin memiliki postur tubuh ideal. Saya akan memulai menjabarkan apa saja yang saya dapatkan dari rutinitas ini :

 
1. Berlari mengajarkan kita untuk konsisten dalam hidup
Dalam olahraga lari, terutama lari jarak jauh faktor utama yang membuat pelari menjadi seorang juara adalah konsistensi. Filosofi ini sesuai dengan kehidupan kita , karena kita terkadang terlalu tergesa-gesa dalam mengejar tujuan tetapi hanya untuk saat-saat tertentu saja. Contoh nyata nya adalah diri saya sendiri yang mewakili pihak mahasiswa SKS (Sistem Kebut Semalam). Kita sering mengeluarkan seluruh kemampuan kita hanya pada saat seminggu bahkan sehari sebelum ujian padahal idealnya kita sebagai mahasiswa dituntut untuk belajar sebelum masuk kelas. 

2. Berlari mengajarkan kita untuk bisa memotivasi diri
Terkadang kita menganggap motivasi dari luar itu begitu kuat tetapi kita melupakan motivasi terkuat yaitu diri kita sendiri. Seorang pelari membiasakan diri untuk bangun pagi hanya untuk berlari disaat orang-orang masih terlelap dalam tidurnya. Betapa kuatnya motivasi mereka untuk sukses, lalu mengapa kita tidak bisa melakukan itu dalam setiap usaha kita ? Motivasi itu sangat mahal harganya bahkan dewasa ini motivasi pun bisa menjadi peluang usaha. Harus kita ingat bahwa dalam sebuah usaha itu hal tersulit yang sulit kita lakukan adalah memulai, bukan menjalaninya. Mungkin terkadang terlintas dipikiran kita mengapa ada orang yang kuat berlari sejauh 42K atau biasa kita sebut Marathon ? Ya selain fisik dan stamina mereka yang kuat, mereka punya motivasi yang jauh lebih kuat daripada fisik dan stamina yang mereka punya. 

3. Berlari mengingatkan kita untuk selalu mengakselerasi diri
Prinsip seorang pelari adalah untuk selalu mengalahkan pencapaian yang telah ia dapatkan. Ketika kita menerapkan prinsip itu dalam keseharian kita, seharusnya kita bisa terus menjadi orang yang lebih baik dari hari kehari. "Orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang-orang yang beruntung, tetapi orang yang hari ini sama atau lebih buruk dari hari kemarin adalah orang-orang yang merugi". 

4. Berlari mengingatkan kita untuk selalu memiliki tujuan
Berlari tanpa tujuan atau target bagaikan seorang nakhoda tanpa kompas yang tidak tahu kemana ia harus berlayar. Begitu pula hidup. Ketika kita sendiri bingung akan tujuan hidup kita untuk apa, jangan salahkan keadaan ketika kita akan terjebak dalam rutinitas yang membosankan. Seseorang yang memiliki tujuan tentunya memiliki motivasi yang lebih kuat dari yang tidak memilikinya walaupun mungkin pada akhirnya selesai pada titik yang sama. Tujuan juga bisa mengajarkan kita untuk menghargai sesuatu yang disebut "proses". Tujuan yang membabi buta juga tidak baik karena pada akhirnya akan menjadikan kita orang yang pragmatis. Hal yang tentunya menggambarkan judul tulisan ini adalah ketika kita sadar bahwa tujuan yang ingin kita capai sudah begitu dekat, maka  semua rasa lapar, dahaga, dan rasa lelah akan hilang seketika karena tercapainya sebuah tujuan begitu manis. Hal ini mungkin bisa kalian lihat di dekat garis finish setiap perlombaan lari ketika pelari hanya kurang 500 M lagi dari garis finish. Seketika wajah mereka begitu ceria, lari mereka begitu cepat dan stabil,  seakan mereka tidak merasakan kelelahan setelah berlari sejauh itu. 


Sedikit tulisan ini mungkin bukan dari "siapa-siapa" tetapi semoga bisa menjadi sesuatu untuk kita semua.

Anas Wicaksono

Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ' 2011